Adrenalin Terpacu, 30 Menit Hanya Dapat Lima Ombak



Pertama di Indonesia, Berselancar Malam di Pantai Kuta
Adrenalin Terpacu, 30 Menit Hanya Dapat Lima Ombak

Di luar negeri, berselancar malam bukan hal baru. Tapi di Indonesia, hal itu baru pertama dilakukan di Pantai Kuta, Bali, Selasa malam lalu (1/12). Bagaimana suasananya?

FERI KRISTIANTO, Denpasar

---

SUASANA di Pantai Kuta, tepatnya di depan Hotel Mercure, Selasa malam lalu (1/12) berbeda daripada biasanya. Saat itu jam menunjukkan pukul 20.00 Wita.

Jika biasanya gelap, malam itu suasananya terang dengan terpasangnya tiga set lampu. Setiap set terdiri atas empat lampu, masing-masing berkekuatan empat ribu Watt. Itu pun masih ditambah satu lampu spot. Dengan demikian, suasana di pinggir pantai sampai ke tengah cukup terang benderang.

Di sepanjang bibir pantai berdiri tenda-tenda. Ada juga panggung, tempat DJ memainkan dentuman keras house music.

Dinginnya malam ditambah hembusan kencang angin laut, seperti tak dipedulikan para wisatawan di pantai itu. Tak sedikit dari mereka wisatawan asing. Meski dingin, puluhan orang terlihat berpakaian renang. Yang wanita berbikini dan yang pria hanya mengenakan celana pendek bertelanjang dada. Mereka inilah para peselancar (surfer) yang merasa tertantang untuk berselancar di malam hari.

Malam itu Pantai Kuta memang menorehkan sejarah bagi dunia selancar di tanah air. "Ini pertama di Indonesia, bisa berselancar di malam hari," kata Piping, salah seorang pelaksana kegiatan tersebut. "Di luar negeri selancar di malam hari sudah biasa. Bahkan, di sana ada kejuaraannya," tambahnya.

Berapa peselancar yang hadir malam itu? Piping mengaku tak punya data yang pasti. "Semula kita perkirakan 50 surfer. Tapi, jika kita lihat sekarang, sepertinya lebih dari 50 orang," katanya.

Menurut pantauan Radar Bali (Jawa Pos Group), kian malam, jumlah peselancar semakin banyak. Setelah dihitung, sedikitnya 70 surfer hadir pada malam itu.

Mereka sama sekali tak terlihat kedinginan. Bahkan, mereka tampak antusias. "Ini tantangan baru buat saya, surfing di malam hari," kata Yuli, surfer asal Pangandaran, Jawa Barat.

Dia sangat bersemangat datang ke Pantai Kuta begitu mendengar ada surfing malam. Apa bedanya berselancar siang dan malam? "Sebenarnya sama seperti siang. Tapi, tantangannya berbeda. Bayangkan, kita hanya mengandalkan lampu untuk mendapat spot (ombak) bagus," paparnya.

Hal yang sama disampaikan Dedi Santosa, surfer peringkat ke-4 dalam Indonesia Surfing Championship (ISC) 2009. Dia menceritakan, spot-spot (ombak-ombak bagus) di luar negeri pernah dia singgahi. Mulai Pantai Gold Coast di Queensland, Australia; Pantai Chiba Jepang, dan California, Amerika Serikat. "Sensasi menaklukkan ombak di siang hari dan malam sangat berbeda," katanya.

"Take off di malam hari sangat susah. Lihat ombaknya saja susah, apalagi mencari ombak bagus," terang Dedi yang baru saja berselancar setengah jam itu.

Dia menceritakan, selama 30 menit berselancar, Dedi hanya bisa menaklukkan sebagian kecil ombak. "Mungkin 2 atau 5 ombak saja," terangnya tanpa terlihat menggigil sedikit pun. Padahal, jika siang, dengan waktu yang sama, belasan bahkan puluhan ombak bisa ditaklukkan dengan mudah. "Justru ini tantangannya. Adrenalin lebih terpacu," tambahnya.

Dewi, surfer lain, mengatakan, dirinya sudah berselancar 15 menit. Tapi, dia masih sulit mendapatkan ombak bagus.

"Dingin sih tidak, justru hangat airnya. Sayangnya, susah dapat ombak bagus. Ombaknya gampang pecah," ujarnya menggerutu.

Rasa penasaran itu pula yang mengusik Fabian Indra Irawan. Surfer cilik ini masih berusia 12 tahun. Tetapi, nalurinya untuk mencoba mengalahkan ombak malam membuat dia penasaran untuk bergabung bersama peselancar lain.

Piping menerangkan, banyaknya surfer yang hadir tanpa dibayar hadir karena antusiasme. Dia berharap, kegiatan seperti ini bisa lebih menarik minat para wisatawan asing, khususnya yang punya minat khusus terhadap olahraga selancar.

"Kami ingin menjadikan Kuta sebagai surganya surfing," papar Piping, mantan fotografer salah satu media lokal ini. (jpnn/kum)

0 comments: